BANGGA – PENTAS KELILING TEATER KUSUMA DI KAMPUNG MAJAPAHIT MEMBANGKITKAN SEMANGAT KEBUDAYAAN

Teater Kusuma melangsungkan “Ibadah Kesenian” dengan melaksanakan program Pentas Keliling yang bertajuk “Kusuma Mlaku-mlaku #6”. Tak tanggung-tanggung dengan semangat Ibadah dan Syiar Kebudayaan, Teater Kusuma bekerjasama dengan Sanggar Bhagaskara melangsungkan pentas di Kampung Majapahit, Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto.

Di buka dengan tabuhan gong oleh Pak Supriyadi (pendiri Sanggar Bhagaskara dan penggerak lahirnya Kampung Majapahit) bersama Andhika Damar (Ketua Pelaksana Pentas Keliling), Ferdiansyah Oky (Ketua Umum Teater Kusuma) dan Kukun Tri Yoga (Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto) membuka kegiatan Pentas Keliling Teater Kusuma di lapangan Sanggar Bhagaskara.

Sesaat setelah gong dibunyikan langsung disambut kemeriahan petasan dan dentingan musik gamelan dari Mojoagung Gamelan Heritage. Penonton pun khidmat mendengarkan alunan gamelan yang menghasilkan bunyian tradisional bertalun bersama dengan musik dari gitar dan drumb menambah kekhazanahan irama.

Sebelumnya terdapat pertunjukan tari anak-anak dari Sanggar Bhagaskara yang tak kalah seru. Mementaskan tari bermain dan tari pithik walik. Gerakan tangan dan kaki anak-anak tersebut selaras dengan irama musik. Tubuhnya gemulai. Tak kalah seru, dengan mengenakan ikat kepala berhias kepala ayam dan selendang hijau menjuntai seperti sayap. Anak-anak itu menirukan gerakan-gerakan mematuk, memutar dan berlompatan. Dengan krincing di kiri dan kanan kaki mereka lincah berlenggak lenggok bak pithik.

Pementasan itu begitu spektakuler. Lapangan Sanggar Bhagaskara yang dipenuhi desak penonton. Dihadiri oleh komunitas seni, pegiat pelestarian budaya dan teater yang tidak hanya dari Mojokerto tetapi sampai Madura, Surabaya, Jombang dan sekitarnya. Diantara itu hadir Komunitas Kothong, Persada, Komunitas Astungkara, Sanggar Bhagaskara, Buyung Pagi-pagi, teater satya  wikusuma, teater sabit Madura, Teater Lingkar hingga Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto.

Malam yang juga sakral. Terdapat pertunjukan ritual dari Ki Agung Bhagaskara yang membawakan tembang Sudamala. Dihiasi kepulan asap menyan dan aroma dupa yang semerbak, dalam tembangnya Ki Agung Bhagaskara mengingatkan kita untuk tetap eling lan waspodo.

Teater Kusuma sendiri menampilkan 2 (dua) naskah sekaligus yakni Naskah "Menunggu Kekasih" Karya Putut Bukhori dan di Sutradarai oleh Frederico Rudy. Menceritakan tentang betapa mahalnya harga sebuah kesetiaan, betapa mahalnya harga sebuah kesabaran, dan betapa mahalnya harga sebuah kepercayaan. Dimainkan oleh Okta Nur (sebagai Nona Kumala), Devita Syahtiti (Sebagai Diajeng), Chivo Argama (sebagai Tukang Pos), dan Zahrotul Afidah (sebagai Sutter Ika).

Menunggu Kekasih. Menceritakan tentang penantian dua nenek-nenek selama 60 tahun menanti kekasihnya yang ternyata sama dan mereka harus berpatah hati mengetahui bahwa kekasih yang ditunggu itu menikah dengan orang lain lewat surat. Begitu haru, namun dibawakan dengan jenaka. Seperti adegan kelakuan-kelakuan genit itu membuat penonton meluapkan tawanya seperti ketika tukang pos  yang nampak cool dan genit meminta foto bersama sutter Ika. Ia berpose dengan mesra dengan alasan “Supaya semakin Mendalam.”

Sementara itu Naskah yang kedua ada naskah "Pasar Kaget" Karya yang juga disutradarai oleh A.A. Mubarrok.  Yang mengajak penonton untuk terkaget-kaget dalam setiap fenomena di dalam negeri. Dimainkan oleh Bintang Putra (sebagai Pak Darman), Erdha Sanga (sebagai Mbak Rita), Indra Rakib (sebagai Pak Sukadi), Hilwa Hamidah (sebagai Mbak Juhai), Syifani Aqsa (sebagai Mbak Mega), Miftakhul Rozaq (sebagai Parto), dan Reyhan (sebagai Munir)

Tak kalah seru, Pertunjukan Pasar Kaget yang penuh kritik atas kebijakan pemerintah seperti kebijakan penimbunan bekas kolam kuno peninggalan Majapahit yang akan dibangun lahan parkir itu  dimainkan dengan penuh humor. Penonton terus diajak tertawa. Seperti pada adegan Mbak Juhai (diperankan Hilwa Hamidah) yang kerasukan roh penunggu pasar memperkenalkan dirinya dengan gaya bicara penuh goda sebagai “Nyai Ratu Nimas Mutioso Sosro Ningrat Mangku Wong Lanang Limo Tanpo Busono Sedoyo”

Malam itu dipenuhi gelak tawa. Bahkan membuat sakit perut. Apalagi ketika Parto datang masuk panggung menjajakan dagangannya yakni dawet bosok secara brutal dan penuh kocak. Juga bangga ketika Pak Darman memperkenalkan Jas Almamater Univesitas 17 Agustus 1945 sebagai baju terkece.

Selain itu, Komunitas Persada juga memeriahkan kegiatan Pentas Keliling dengan membawakan 2 (dua) musikalisasi puisi (Aku Ingin Hidup Seribu Tahun lagi dan Karawang Bekasi) yang penuh haru dan energi.

Los dol Teater Kusuma.” Kata Pak Supriyadi. selaku Ketua Sanggar Bhagaskara sekaligus Pendiri Kampung Majapahit, Ia memberikan sanjungan atas team work dari Teater Kusuma. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini layaknya dapat mendekatkan kemesraan kita kepada alam semesta dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara itu Mas Kukun Tri Yoga, Pengurus Dewan Kesenian Mojokerto dalam sambutannya menaruh harapan besar terhadap kedatangan Teater Kusuma pada Pagelaran Pentas Keliling ini agar dapat menghidupkan Perteateran di Mojokerto. Ia juga menambahkan (bisa disebut mendoakan), agar Ibadah Kesenian Teater Kusuma berlangsung khusuk.

Pagelaran malam itu juga diisi oleh komunitas Persada yang membawakan. Ditutup dengan beberapa lagu sendu yang dibawakan oleh komunitas Buyung Pagi-pagi, menambah kemesraan Pagelaran Pentas Keliling “Kusuma Mlaku-mlaku #6” yang penuh Bangga.

Sistem ini meliputi Sistem Alumni, Pencarian Lowongan Kerja Dan Pengajuan Beasiswa.

  1. Login dan password yang digunakan adalah yang login yang digunakan di akses sistem akademik Untag Surabaya (sim.untag-sby.ac.id). Hal tersebut berlaku juga untuk para alumni yang telah terdaftar di Untag Surabaya

LOGIN

  LOGIN